Senin, 09 Januari 2017

Translator To Be

“Siapa yang tahu akan menjadi apa kelak saat kita beranjak dewasa. Tuhan sudah mengatur segala kehidupan manusia bahkan saat kita belum merasakan kehidupan itu seperti apa.”

Sekitar 2 tahun lalu, tepatnya bulan Juni 2015, temen sekelasku yang sering kupanggil Gohel menawariku sebuah pekerjaan. Jangan anggap pekerjaan yang besar yah. Masih freelance ko. Sebut saja, ia memintaku menerjemahkan teks bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia milik temannya. Jujur aku kalang kabut. How come? Karena deadline untuk teks tsb itu keesokan harinya. I’m officially DEAD!! Bukan Cuma itu aja, tapi aku juga menerjemahkan teks yang bertemakan “kesehatan” lebih tepatnya tentang olahraga. Namun dibalik itu semua, Gohel bilang “ada fee-nya ko”. Wah jadi semangat nih. Think twice, think thousand times, akhirnya aku kontak Imi (teman sekelasku yang lain yang bahasa Inggrisnya lumayan) buat bantuin aku nerjemahin teks tsb. She said ‘yes’. Ok.

Setelah bagi rata halaman sama Imi, aku mulai menerjemahkan. Pola tidur bergeser dikit. Yang biasanya tidur jam 10, malam itu aku tidur sekitar jam 2 malem. Alhasil, kerjaan aku kelar. Karena deadlinenya siang, paginya aku recheck lagi supaya menghindari kata-kata yang rancu atau ambigu. Setelah disatuin sama terjemahan dari Imi, aku cek ulang semuanya. Singkat kata, the work is done. Fee-nya dateng deh via amplop yang tertutup rapet. Setelah dibuka, ah lumayan juga. Thank God for getting me money. Besoknya aku traktir Imi dengan isi amplop tsb.

Kegiatan translate ini pada awalnya buat bantuin temennya Gohel aja sih tapi seiring waktu temennya Gohel itu juga jadi sering minta translate ke aku. Setelah aku putuskan –dengan penuh pertimbangan dan kemampuan- aku kerja sendiri utk translate-translate selanjutnya. Aku yakin aku mampu. Lagipula pada saat itu, Imi lagi sibuk bikin poster manga, kartun dan segala isinya begitulah yang akupun ga paham. Jadi ya kerjaan sampingan ini aku kerjain sendiri seterusnya. Oya perlu diketahui aku translate ini secara manual dalam arti aku terjemahin sendiri tanpa bantuan aplikasi apapun atau google translate. Yang aku butuhin cuma kamus offline di laptop, ada juga kamus offline di handphone sama ada beberapa buku kamus seperti Oxford Dictionary untuk lebih memahami padanan katanya.

Sekarang sudah beranjak hampir 2 tahun. Aku punya ketentuan dan format sendiri dalam translate. Kalo di awal sih biasanya aku secara sukarela aja nerima berapapun itu fee-nya. Tapi kalo sekarang ada beberapa ketentuan supaya lebih fair dan saling menguntungkan. Bidang yang pernah aku kerjain dalam translate ini seringnya kesehatan (olahraga), tapi juga pernah translate bidang lain  seperti: kebijakan publik, management, teknik mesin, teknik elektro, pendidikan, matematika, psikologi, sosiologi, seni dan desain, sampe pernah juga diminta buat review CV orang buat melamar kerja di perusahaan asing. Alhamdulillah semuanya berkat teman-teman yang mempercayakan pekerjaan ini ke aku –yang aku sendiripun masih belajar-.

Aku masih menganggap ini kerjaan sampingan aja karena akupun belum punya lisensi untuk menerjemahkan. Dan entah kedepannya apakah aku akan mendalami bidang ini atau engga, aku masih belum tau. Yang pasti aku kerja keras terus dan selalu chat-to-chat untuk promosiin jasa translate aku ini karena aku sendiri pun belum pengen bikin pamflet/brosur supaya dikenal khalayak umum. Istilahnya masih konvensional lah. Tapi selain bahasa Inggris, aku juga membuka jasa translate untuk bahasa Jerman. Cuma sejauh ini belum pernah dapet kerjaan untuk translate bahasa Jerman. Mungkin karena bahasa Jerman masih sangat jarang digunakan di Indonesia.

Terakhir, ada beberapa tips buat kalian yang ingin menjadi translator atau penerjemah. Aku buat point-point sehingga memudahkan untuk dibacanya. Check it out!

1.      Rajin
Kunci utama jadi translator adalah rajin dalam arti ‘jangan males’. Kalo aku bikin headline pointer-nya ‘jangan males’, khawatir memfosil di otak dengan kata penegasian. Nah, kenapa harus rajin? Karena kita dikejar deadline oleh pelanggan. Kalo kita menunda-nunda pekerjaan, ya tau sendiri resikonya. Bisa terbengkalai atau bahkan tidak digarap sama sekali sehingga menyebabkan pelanggan tidak puas dan kecewa.

2.      Utamakan kepuasan pelanggan
Menerjemahkan merupakan sebuah tanggung jawab yang besar karena kita berhubungan dengan pelanggan. Jangan asal selesai, tapi kita harus recheck lagi dari awal untuk menghindari kerancuan atau keambiguitasan kalimat yang kita produksi.

3.      Buat unknown-list
Unknown-list adalah daftar kata-kata yang asing atau belum pernah kita dengar sebelumnya. Terkadang unknown-list ini bisa jadi keyword dari sebuah teks. Nah ini bisa jadi kerja dua kali kalo banyak kata-kata yang belom kita kenal tapi kita harus bolak-balik buka kamus buat nyari arti kata yang udah kita cari sebelumnya. Saran aku, setiap kata asing tsb dibuat list dalam sebuah HVS kosong.

Inilah sepenggal kisah aku yang tidak direncanakan dari awal tapi aku sangat yakin Tuhan telah menyusun keberadaanku untuk melakukan kegiatan ini. Terima kasih Tuhan atas pemberian-Mu yang tak pernah kuduga. Ini adalah sisi lain kehidupanku. J

„Menerjemahkan butuh kesabaran dan konsentrasi tingkat tinggi. Tapi merupakan sebuah kebanggaan berbuah manis ketika produksi kalimat kita dapat dipahami oleh orang lain“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar