“Siapa yang tahu
akan menjadi apa kelak saat kita beranjak dewasa. Tuhan sudah mengatur segala
kehidupan manusia bahkan saat kita belum merasakan kehidupan itu seperti apa.”
Sekitar
2 tahun lalu, tepatnya bulan Juni 2015, temen sekelasku yang sering kupanggil Gohel
menawariku sebuah pekerjaan. Jangan anggap pekerjaan yang besar yah. Masih freelance
ko. Sebut saja, ia memintaku menerjemahkan teks bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia milik temannya. Jujur aku kalang kabut. How come? Karena deadline
untuk teks tsb itu keesokan harinya. I’m officially DEAD!! Bukan Cuma itu aja,
tapi aku juga menerjemahkan teks yang bertemakan “kesehatan” lebih tepatnya
tentang olahraga. Namun dibalik itu semua, Gohel bilang “ada fee-nya ko”. Wah jadi
semangat nih. Think twice, think thousand times, akhirnya aku kontak Imi (teman
sekelasku yang lain yang bahasa Inggrisnya lumayan) buat bantuin aku nerjemahin
teks tsb. She said ‘yes’. Ok.
Setelah bagi rata halaman
sama Imi, aku mulai menerjemahkan. Pola tidur bergeser dikit. Yang biasanya
tidur jam 10, malam itu aku tidur sekitar jam 2 malem. Alhasil, kerjaan aku
kelar. Karena deadlinenya siang, paginya aku recheck lagi supaya menghindari
kata-kata yang rancu atau ambigu. Setelah
disatuin sama terjemahan dari Imi, aku cek ulang semuanya. Singkat kata, the
work is done. Fee-nya dateng deh via amplop yang tertutup rapet. Setelah dibuka,
ah lumayan juga. Thank God for getting me money. Besoknya aku traktir Imi
dengan isi amplop tsb.
Kegiatan
translate ini pada awalnya buat bantuin temennya Gohel aja sih tapi seiring
waktu temennya Gohel itu juga jadi sering minta translate ke aku. Setelah aku
putuskan –dengan penuh pertimbangan dan kemampuan- aku kerja sendiri utk
translate-translate selanjutnya. Aku yakin aku mampu. Lagipula pada saat itu,
Imi lagi sibuk bikin poster manga, kartun dan segala isinya begitulah yang
akupun ga paham. Jadi ya kerjaan sampingan ini aku kerjain sendiri seterusnya. Oya
perlu diketahui aku translate ini secara manual dalam arti aku terjemahin
sendiri tanpa bantuan aplikasi apapun atau google translate. Yang aku butuhin cuma
kamus offline di laptop, ada juga kamus offline di handphone sama ada beberapa
buku kamus seperti Oxford Dictionary untuk lebih memahami padanan katanya.
Sekarang sudah beranjak hampir
2 tahun. Aku punya ketentuan dan format sendiri dalam translate. Kalo di awal
sih biasanya aku secara sukarela aja nerima berapapun itu fee-nya. Tapi kalo
sekarang ada beberapa ketentuan supaya lebih fair dan saling menguntungkan. Bidang
yang pernah aku kerjain dalam translate ini seringnya kesehatan (olahraga),
tapi juga pernah translate bidang lain
seperti: kebijakan publik, management, teknik mesin, teknik elektro, pendidikan,
matematika, psikologi, sosiologi, seni dan desain, sampe pernah juga diminta
buat review CV orang buat melamar kerja di perusahaan asing. Alhamdulillah semuanya
berkat teman-teman yang mempercayakan pekerjaan ini ke aku –yang aku sendiripun
masih belajar-.
Aku masih menganggap ini
kerjaan sampingan aja karena akupun belum punya lisensi untuk menerjemahkan. Dan
entah kedepannya apakah aku akan mendalami bidang ini atau engga, aku masih
belum tau. Yang pasti aku kerja keras terus dan selalu chat-to-chat untuk
promosiin jasa translate aku ini karena aku sendiri pun belum pengen bikin pamflet/brosur
supaya dikenal khalayak umum. Istilahnya masih konvensional lah. Tapi selain
bahasa Inggris, aku juga membuka jasa translate untuk bahasa Jerman. Cuma sejauh
ini belum pernah dapet kerjaan untuk translate bahasa Jerman. Mungkin karena
bahasa Jerman masih sangat jarang digunakan di Indonesia.
Terakhir, ada beberapa tips
buat kalian yang ingin menjadi translator atau penerjemah. Aku buat point-point
sehingga memudahkan untuk dibacanya. Check it out!
1.
Rajin
Kunci utama
jadi translator adalah rajin dalam arti ‘jangan males’. Kalo aku bikin headline
pointer-nya ‘jangan males’, khawatir memfosil di otak dengan kata penegasian. Nah,
kenapa harus rajin? Karena kita dikejar deadline oleh pelanggan. Kalo kita
menunda-nunda pekerjaan, ya tau sendiri resikonya. Bisa terbengkalai atau
bahkan tidak digarap sama sekali sehingga menyebabkan pelanggan tidak puas dan
kecewa.
2.
Utamakan kepuasan pelanggan
Menerjemahkan
merupakan sebuah tanggung jawab yang besar karena kita berhubungan dengan
pelanggan. Jangan asal selesai, tapi kita harus recheck lagi dari awal untuk
menghindari kerancuan atau keambiguitasan kalimat yang kita produksi.
3.
Buat unknown-list
Unknown-list
adalah daftar kata-kata yang asing atau belum pernah kita dengar sebelumnya. Terkadang
unknown-list ini bisa jadi keyword dari sebuah teks. Nah ini bisa jadi kerja
dua kali kalo banyak kata-kata yang belom kita kenal tapi kita harus
bolak-balik buka kamus buat nyari arti kata yang udah kita cari sebelumnya. Saran
aku, setiap kata asing tsb dibuat list dalam sebuah HVS kosong.
Inilah sepenggal kisah aku yang tidak direncanakan dari awal tapi aku sangat yakin Tuhan telah menyusun keberadaanku untuk melakukan kegiatan ini. Terima kasih Tuhan atas pemberian-Mu yang tak pernah kuduga. Ini adalah sisi lain kehidupanku. J
Inilah sepenggal kisah aku yang tidak direncanakan dari awal tapi aku sangat yakin Tuhan telah menyusun keberadaanku untuk melakukan kegiatan ini. Terima kasih Tuhan atas pemberian-Mu yang tak pernah kuduga. Ini adalah sisi lain kehidupanku. J
„Menerjemahkan
butuh kesabaran dan konsentrasi tingkat tinggi. Tapi merupakan sebuah kebanggaan
berbuah manis ketika produksi kalimat kita dapat dipahami oleh orang lain“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar